OnWeekend – Agaknya sulit untuk tidak menyukai film-film bergenre drama musikal. Drama dengan bumbu tarian dan nyanyian mampu menghipnotis mata untuk setia menyaksikan film hingga tuntas. Sadar atau tidak, keceriaan dalam film drama musikal sering membuat kita melupakan sesuatu yang amat penting. Kebanyakan film drama musikal hanya mengedepankan perayaan cinta serta kegembiraan luar biasa dengan bentuk tarian dan nyanyian yang abai soal bobot cerita.
Kualitas cerita yang disuguhkan film drama musikal khususnya di era sekarang ini sungguh memprihatinkan. Hanya cerita payah yang dibalut nuansa ceria. Lantas muncul lah sosok bernama Damien Chazelle dengan La La Land nya. Sutradara muda ini membawa film drama musikal ke level yang lebih tinggi.
La La Land adalah film yang dengan semena-mena menarik perhatian dunia. Gelontoran prestasi di ajang Golden Globe 2017 menjadi tolak ukur bahwa film yang diperankan oleh Ryan Gosling dan Emma Stone ini bukanlah film yang bisa dilewatkan begitu saja. Haram untuk memandang sebelah mata film besutan Damien Chazelle ini.
Tentu saja selayaknya film drama musikal, La La Land menyediakan ruang untuk merayakan sebuah momen dengan tarian dan nyanyian. Namun yang menjadi pembeda dengan film drama musikal lainnya adalah soal kesederhanaan yang coba diperlihatkan Chazelle dalam mengkreasikan adegan-adegan khas film drama musikal tersebut.
Salah satu adegan terbaik dalam La La Land adalah saat Sebastian Wilder (Ryan Gosling) dan Mia Dolan (Emma Stone) beradu tari sembari bernyanyi di atas bukit dengan latar kota Los Angeles yang indah. Adegan itu tidak bisa tidak membuat siapa saja yang menontonnya akan berkeinginan ikut menari juga. Adegan itu semakin ikonik dengan lagu berjudul “A Lovely Night” karya komposer musik, Justin Hurwitz. Adegan tari-menari itu terasa tidak terlalu berlebihan lantaran pemicu adegan itu sangatlah sederhana.
Terlepas dari itu semua, La la land adalah film dengan cerita berkualitas, tidak murahan seperti film – film bergenre serupa. Untuk tahu betapa menariknya cerita dalam film ini bisa dimulai dengan membedah karakter-karakter utamanya. La La Land adalah tentang pengorbanan seseorang demi obsesinya.
Sebastian dan Mia adalah dua orang mencoba mempertahankan impiannya di kota yang konon menawarkan mimpi indah menjadi nyata. Mereka bergelut dengan kenyataan demi mewujudkan impian masing-masing.
Sebastian adalah pianis jazz yang keras kepala. Ia berbakat tapi sangat konservatif dalam hal memandang musik jazz. Itu terlihat dari bagaimana Sebastian memimpikan untuk membuat sebuah klub jazz sederhana dimana para pemusiknya bisa bebas memainkan jazz sesuka hati. Bagi Sebastian, jazz adalah perkara kebebasan, tidak ada aturan dan perintah. “Jazz murni” itulah yang selalu dipercaya Sebastian selama ini. Ia selalu sinis saat mendapati jazz hanya berorientasi pada arogansi penikmatnya.
Ia berkali-kali dipecat lantaran tidak memainkan lagu sesuai pesanan pemilik klub. Impian Sebastian menjadi semakin terlihat idealis saat ia menargetkan mengubah sebuah klub tertentu menjadi klub yang sangat diimpikannya. Tak berbeda jauh dengan Sebastian, Mia adalah orang yang juga memimpikan sesuatu.
Sudah sejak lama Mia bermimpi ingin menjadi seorang aktris terkenal. Berkali-kali Mia mengikuti kasting yang pada akhirnya berujung pada kegagalan. Segala upaya ia lakukan agar dirinya bisa menjadi aktris terkenal. Bahkan Mia sempat membayar sebuah teater untuk memainkan drama buatannya sendiri karena kesal tak kunjung mendapat peran dalam sebuah pertunjukan. Namun hasilnya sia-sia, pada akhirnya Mia membulatkan keputusan bahwa impiannya adalah omong kosong.
Sebastian dan Mia dipertemukan oleh takdir. Beberapa kesempatan yang tidak terduga menempatkan mereka bersama. Jalinan cinta pun tak terbendung diantara kedua. Dilandasi persamaan nasib sebagai pemimpi, asmara diantara keduanya tumbuh begitu saja. Kemesraan itu mendapat ujian ketika cinta yang sudah terlanjur tumbuh diantara mereka harus dihadapkan dengan impian yang mereka inginkan selama ini. Mereka dihadapkan dua pilihan: mimpi atau cinta. Muram.
Begitulah kiranya yang menggambarkan cerita cinta yang terjalin antara Sebastian dan Mia. Kisah romantis mereka tidak tampak melankolis tapi lebih cenderung ironis.
Keseluruhan film menjadi mengesankan tatkala ditutup dengan cara yang ciamik. Dan, Chazelle menutup La la land dengan mengesankan yang membuat film ini menjadi sempurna. Karena sebuah film yang baik adalah yang memiliki penutup yang baik.
Tidaklah mengejutkan melihat bagaimana La La Land berkibar di industri perfilman saat ini mengingat Chazelle sudah memperingatkan potensinya lewat film Whiplash yang cukup mencuri perhatian di tahun 2014 lalu. Secara keseluruhan La La Land adalah film yang sangat memanjakan mata dengan warna-warni kostum dan sinematografi yang memukau.
Bagi kamu yang belum menonton, bersiaplah menari ketika menonton film ini!