OnWeekend – Rempah-rempah adalah kekayaan yang dimiliki oleh nusantara, karena itulah para pedagang dari pelbagai penjuru dunia bisa mampir di sini.
Namun tak semua daerah di Indonesia mempunyai masakan yang kaya akan rempah. Ada satu daerah yang begitu royal menggunakan rempah-rempah pada setiap masakannya, dan itu bukan Ternate atau Tidore yang terkenal sebagai penghasil rempah, daerah tersebut adalah Aceh.
Menyandang label sebagai wilayah dengan kesultanan yang besar dan mempunyai geografis yang strategis berdampak kepada ramainya pelabuhan Kesultanan Aceh Darusallam. Saking ramainya, pelabuhan ini didatangi oleh pelbagai etnis dari negeri yang jauh. Mereka yang datang ini tentu saja adalah para pedagang.
Nah.. karena berdagang dan berlayar membutuhkan waktu yang lama, sehingga para pedagang itu harus bermukim, maka kebiasaan mereka pun turut mereka bawa, termasuk dalam hal masakan.
Tak heran kalau di Aceh ini terdapat macam-macam pemukiman, dari kampung Jawa, kampung Kedah (Malaysia), kampung Bitai (Turki), hingga kampung Keling (Tamil, Gujarat, India).
Beragam etnis yang mendiami Aceh itulah yang membawa pengaruh rempah pada masakan penduduk. Namun ada satu hal utama yang paling berpengaruh pada merasuknya rempah dalam masakan Aceh, yakni kebesaran kesultanannya.
Kita tahu sebelum dikalahkan Belanda pada tahun 1903 Aceh adalah wilayah yang mempunyai kemerdekaan, mereka berhak mengatur kehidupannya sendiri. Nah, sebab itulah kebijakan Sultan yang membebaskan rempah-rempah dijual bebas di pasar, tidak seperti di daerah lain yang mana rempah-rempah selalu dimonopoli atau dikuasai oleh Belanda. Bebas menemukan rempah di pasar oleh penduduk Aceh yang kemudian menjadi faktor penting kenapa hingga saat ini masakannya kental dengan rempah-rempah.