Harga Rokok Naik, Mari Beralih Ke Tembakau Lintingan

Harga Rokok Naik, Mari Beralih Ke Tembakau Lintingan

ONWEEKEND – Sudah menjadi tabiat pemerintah yang suka menakut-nakuti warganya. Baru saja orang-orang trauma mudik gara-gara tragedy Brexit saat lebaran kemarin, sekarang pemerintah punya rencana menakut-nakuti perokok dengan kebijakan yang tidak bisa dianggap bercanda: kenaikan harga rokok hingga 200 persen.

Kabarnya, sebungkus rokok nantinya dibanderol Rp 50 ribu. Terima atau tidak, itu kebijakan. Sebaiknya kaum ahli hisap husnudzon saja pada pemerintah, karena menghargai perokok adalah dengan cara menghargai rokok dengan mahal.

Artikel ini ditulis bukan untuk menambah takut pecandu rokok. Sebaliknya, banyak jalan menuju Roma, masih banyak cara mengasapi mulut Anda. Jika perokok, percayalah, tidak merokok bisa membuat Anda mati gaya. Tetapi kebijakan adalah hal sepele yang tak perlu dicemaskan.

Beralih ke tembakau linting merupakan cara paling efektif untuk mengakali lonjakan harga rokok. Murah? Tentu. Rokok swalinting lebih murah, ditinjau dari kacamata kuda sampai kacamata Pramoedya. Dengan melinting, perokok tak perlu menanggung beban upah buruh linting, tak perlu ikut menyumbang pengeluaran iklan rokok, tak perlu ikut urunan kegiatan CSR pabrik rokok, tak perlu merelakan dengan berat hati uang Anda untuk cukai tembakau, dan tak perlu-tak perlu lainnya.

Soal kualitas, rokok swalinting juga tak kalah dengan rokok merek. Bahkan perokok bisa sesuka hati menentukan seleranya. Ada berbagai macam tembakau yang tersedia di Indonesia. Sebenarnya selama ini rokok bermerek justru membunuh daya kreasi perokok. Produsen rokok memaksa doktrin rokok yang enak itu begini, harus dengan saus ini, kandungan tar-nya segini, dan rupa lain. Padahal, rasa rokok itu bisa saja berbeda kalau Anda melinting sendiri.

Sebagai bahan pertimbangan, harga eceran tembakau itu jauh lebih murah. Di pasar tradisional yang masih banyak tersebar di daerah di Jawa Tengah, misalnya, satu ons tembakau berkualitas merem melek (artinya enak-red) harganya berkisar Rp 5-15 ribu. Anda membutuhkan kertas papir, harganya tak lebih dari Rp 2000 isi 50 lembar.

Jika ingin menambah rasa, sedikit cengkeh dan kemenyan pun sudah cukup. Alhasil, hanya bermodal Rp 20 ribu Anda bisa mendapat 100 batang rokok. Ini penghematan yang sejalan dengan komitmen pemerintah menghemat anggaran belanja negara, bukan?

Dus, tak perlu takut. Mari sambut rencana kenaikan ini dengan lapang dada dan pikiran tenang, setenang Jessica Kumala Wongso saat menghadiri setiap agenda persidangan. Mana lebih menakutkan, kenaikan harga rokok atau Awkarin menutup akun Instagramnya? Hidup Awkarin!