Onweekend – Raksasa media sosial Facebook dituduh menggunakan kewenangannya di luar batas dengan menghapus foto perang Vietnam berulang kali. Apakah kita masih akan mengupload foto di Facebook weekend ini?
Polemik bermula ketika seorang penulis Norwegia, Tom Egeland menulis postingan di Facebook dengan menyertakan foto seorang gadis Vietnam berusia 9 tahun, Khim Phuc dalam keadaan telanjang bulat berlari menghindari serangan bom Napalm pada 1972. Foto yang diabadikan fotografer Nick Ut ini sangat tersohor dan pernah mendapatkan hadiah Pulitzer 1973.
Postingan itu kemudian dihapus Facebook. Harian Aftenposten yang mengetahui hal tersebut memposting ulang gambar serupa, dan tak lama setelah itu menerima email dari Facebook. Isinya adalah bahwa foto dengan objek telanjang, termasuk anak-anak dan payudara wanita akan dihapus. Namun sebelum Aftenposten memberi tanggapan, postingan itu sudah dihapus.
Kabar itu tersebar luas sehingga membuat warga Norwegia marah. Mereka memposting foto pulitzer tersebut secara masif. Perusahaan besutan Mark Zuckerberg itu pun tanpa henti memberedel foto yang dipublikasi di ‘lahan’ mereka.
Kenyataannya ada ratusan ribu bahkan mungkin jutaan foto telanjang beredar di Facebook, tetapi mereka sangat bersemangat menghapus foto bersejarah. Tentu saja ini foto yang mencekam sekaligus menelanjangi perang. Kim Phuc berlari sambil menangis dengan kulit tubuhnya yang meleleh akibat percikan bom.
Kantor resmi Facebook di Eropa tetap bertahan dengan pendiriannya, mengatakan bahwa sulit membedakan foto gadis kecil telanjang dengan foto yang lain. Dan kegaduhan ini belum berakhir.
Jumat, (9/9) laman home page Aftenposten secara besar-besaran mengkritik Facebook. Dewan redaksi telah sepakat melakukan hal ini.
“Halo Mark, kami menulis hal ini untuk memberitahu Anda bahwa kami tidak bisa memenuhi kebutuhan Anda menghapus foto ini,” demikian kalimat berukuran besar terpampang di laman aftenposten.no.
Laman itu sengaja dikhususkan untuk mengritik Facebook, lengkap dengan desain berisi foto legendaris Nick Ut dan gambar pemimpin redaksi Aftenposten, Espel Egil Hansen. Harian tersebut mempertanyakan tindakan Facebook yang sama sekali tidak bijak.
“Anda bahkan menyensor kritik dan memberi hukuman pada orang-orang yang berani bersuara,” tulis Aftenposten.
Dikutip dari The Independent, Hansen mengatakan hariannya tidak menganggap itu sebagai gambar telanjang, tetapi korban kebrutalan perang. Hansen menyindir jika Facebook berjaya pada masa 1972, dunia tidak akan pernah melihat foto bersejarah itu.
“Mereka seharusnya juga tidak mengizinkan foto Holocaust. Sebabb ada banyak sekali foto telanjang para korban pembantaian kamar gas,” ujarnya.
Perdana Menteri Norwegia, Erna Solberg sampai turun tangan memberi dukungan atas jurnalisme Aftenposten. Dia mengunggah foto Nick Ut, tetapi Facebook menghapusnya tak lama kemudian. Solberg kembali mengunggah foto yang sama, tetapi kali ini sebagian besar badan Kim Phuc diblok dengan warna hitam. Namun ia menambahkan beberapa foto lain, yaitu foto demonstasi di Lapangan Tiananmen 1989 dan foto pidato “I have a dream” Martin Luther King, Jr.
“Apa yang Facebook lakukan dengan menghapus gambar-gambar itu sama saja dengan mengedit sejarah kita bersama,” kata Solberg.