OnWeekend – Beberapa tahun lalu penerimaan wisman (wisatawan mancanegara) ke Indonesia berkutat di kisaran angka itu-itu saja. Indonesia dikepung Malaysia, Singapura dan dihadang Thailand dalam urusan tourism. Kunjungan tahunan wisatawan hanya naik-turun, seperti istilah Warkop DKI: maju kena, mundur kena. Yang mengkhawatirkan, dulu traveler domestik begitu mengidolakan destinasi internasional.
Apa yang kurang? Semuanya mungkin tak lepas dari infrastruktur dan strategi marketing. Yang pertama itu masalah klasik dan perlu waktu lama. Untuk itu, mengembangkan strategi marketing menjadi pilihan logis.
Kementerian Pariwisata mulai menggalakkan pemasaran berbasis digital sejak tahun lalu. Perkembangan internet tidak bisa didiamkan, sebab manfaatnya begitu besar. Orang mengakses informasi dari perangkat yang dibawa di kantong mereka.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara, Esthy Reko Astuti mengatakan Kemenpar harus beradaptasi dengan ruang digital, karena ada potensi besar di sana. “Dari smartphone kita bisa memanfaatkannya untuk banyak hal.” Ujarnya.
Salah satu keunggulan digital ialah aksesibilitas data. Internet mampu menyuguhkan data secara akurat dan cepat. Namun untuk memanfaatkan kelebihan ini Kemenpar paling tidak harus terlebih dulu membangun basis data yang mumpuni. Big data menjanjikan analisis yang tertarget sekaligus menjangkau fitur yang lebih luas.
Esthy mengungkapkan pihaknya telah membangun infrastruktur analisis digital. Dia memprediksi sekitar 260 juta wisnus mengunjungi destinasi wisata domestik tahun ini. Hasilnya bisa saja berbeda, tetapi analisis digital memberikan rekomendasi target tersebut.
Kemenpar, ujar Esthy meramu strategi digital marketing melalui pengembangan beberapa sistem, antara lain Monitoring Information System dan Dashboard Digital Data. Kemenpar juga membuat sistem layanan representatif melalui Customer Service System yang melibatkan SMS, Digital Survey, Programatic Digital Promotion dan beberapa fitur yang lain.
Bukan itu saja, Kemenpar melakukan pendekatan terhadap digital celeb. Vlogger yang pertama-tama diburu, sebab impresi konten vlog sangat tinggi dan menjadi tren kekinian. Pihak Sapta Pesona sepertinya tidak rela jika wisnus lebih memilih bepergian ke luar negeri. Kalau hitungannya destinasi, apa perlunya berpelesir ke luar.
Akan tetapi perjalanan go digital Kemenpar masih panjang. Bagaimana pun , kebijakan terkait dengan hal-hal politis. Dan tidak ada yang menjamin strategi pemasaran via digital tetap berjalan di masa mendatang.